Senin, 18 Mei 2009

ASAL MULA TELAGA NGEMBEL

ASAL MULA TELAGA NGEMBEL

ASAL MULA TELAGA NGEMBEL

Konon pada zaman dahulu, di lereng gunung willis sebelah barat terdapat sebuah desa. Desa itu bernama Gondoyuda. Di dekat itu ada seekor ular besar sedang bertapa agar dapat bertemu orang tuanya. Ular itu bertapa bertahun-tahun lamanya.

Tidak jauh dari desa Gondoyuda terdapat sebuah desa yang sebagian besar penduduknya berwatak jahat. mereka bengis dan senang menganiyaya. Pada suatu hari di desa itu akan menyellenggarakan pesta. Mereka mencari daging untuk pesta itu dengan berburu di hutan. Akan tetapi, setelah sekian lama menjelajahi hutan, tidak seekor binatang buruan pun mereka jumpai. Mereka sangat kecewa, mendongkol dan marah-marah.

Tiba-tiba penduduk desa melihat seekor ular besar.tanpa berfikir panjang, ular itu pun di bunuhnya. Dagingnya di potog-potong, di bawa pulang kemudian di masak untuk di makan beramai-ramai.

Ketika Sedang pesta pora, datanglah seorang anak kecil. Badannya kurus kering, kulitnya bekudis. Anak kecil itu lapar dan minta makanan kepada mereka. Sial baginya bukan makanan dan minuman yang di peroleh, melainkan perlakuan yang tidak senonoh oleh penduduk desa. Dia di ejek dan dianiaya dengan lemparan batu dan pukulan.

Akan tetapi, tidak semua penduduk desa itu jahat dan memusuhi si anak kecil yang berkudis itu. Nyai Latung, wanita tua di desa itu menolong dan menyambutnya baik-baik. Ketika anak itu datang kepadanya, Nyai Latung memberinya makanan dan minuman. Selesai makan, si anak kecil berkudis itu berkata kepada Nyai Latung. “ Bu, terimakasih atas kebaiakan hati ibu. Selanjutnya, harap ibu ketahui, sebentar lagi di desa ini akan terjadi petaka. Saya minta ibu menyediakan lesung dan antan sebagai pengayuh,” katanya.

Nyai Lantung terkejut dan heran akan kata-kata anak kecil yang berkudis itu.

Anak itu segera mendatangi kerumunan orang yang sedang berpesta pora menikmati hidangan daging ular. Dia menancapkan sebatang lidi ke tanah, kemudian berkata, ”barang siapa mencabut lidi yang menancap di tanah ini, boleh memotong kepala saya.

Orang-orang desa pun bergantian mencabut lidi. Akan tetapi, tidak seorang pun yang berhasil.

Si anak kudis itu pun berkata lantang, “ seharusnya kalian mengasihi dan menolong orang yang menderita. Orang menderita wajib di tolong . kita wajib menolong sesama. Akan tetapi, kalian bengis, dan kejam! Kalian senang menyiksa sesama. Nah, saya akan mencabut lidi ini. Lihat dan rasakan akibatnya!”

Lidi itu di cabutnya. Dengan mendadak keluarlah air banyak sekali, mengalir deras dari lubang bekas lidi itu di tancapkan. Dalam sekejab seluruh desa tergenang air. Semua penduduk desa tenggelam. Hanya Nyai Lantung yang selamat karena dia memenuhi permintaan si anak kecil. Nyai Lantung mengayuh perahu lesung dengan antannya ke barat, dan berhenti di suatu tempat yang sekarang ini tepat di depan pasar ngebel.

Tidak lama kemudian, si anak berkudis mendatangi Nyai latung. Dia berkata, “ Ibu, inilah hukuman bagi orang yang suka menganiaya sesamanya. Sebenarnya orang-orang yang sedang berpesta pora itu, tidak hanya menganiaya saya, tetapi juga mengambil badan saya yang berwujud ular. Badan saya mereka potong-potong. Dan jadilah saya anak kecil berkudis seperti ini. Tanah yang tenggelam dan penuh air ini saya namakan telaga ngembel.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar